Tim Japri Atau Keroyokan di Group?

Tulisan ini sangat subjektif sekali, saya mau bercerita tentang sebuah kebiasaan yang saya lakukan ketika bersosial di sebuah aplikasi chating.

Sering sekali kita mengucapkan kabar bahagia atau kabar duka melalui media chating. Kamu termasuk yang suka mengirim pesan tersebut atau tidak? bagaimana caramu menyampaikan pesanmu itu? ikut meramaikan group atau lewat jalur pribadi?

Kabar bahagia dulu nih, sering sekali kita menyampaikan pesan gembira ini dengan saling mengucapkan di group chatting. Biasanya, hari itu group akan jadi ramai dengan pesan yang intinya sama, mengucapkan selamat berbahagia atau ikut bahagia, tak jarang juga isi pesannya duplikasi saja.

Mengenai ini, saya lebih bebas tergantung kepada siapa dan kondisinya bagaimana; Terkadang ikut nimbrung mengucapkan di group, namun juga kadang memilih jalur pribadi untuk orang-orang yang menurut saya perlu dihormati. Kabar gembira layak dikabarkan bersama, semakin banyak ucapan di group, mungkin saja akan menambah kebahagiaan pada orang tersebut. Betul bukan?

Yang kedua soal kabar duka. Sebagai manusia kita tahu bahwa kepastian yang paling pasti adalah soal mati. Biasanya saat ada berita kehilangan kita juga beramai-ramai mengucapkan belasungkawa di group, tak jarang melakukan mention pada orang tersebut, sama seperti kabar bahagia, kabar duka juga terjadi duplikasi pesan.

Mengenai berita duka saya berbeda, saya memilih mengucapkannya lewat jalur pribadi. Alasan saya sederhana; saya ingin memberikan support yang mungkin bermanfaat kepadanya. Bukan soal seberapa banyak tapi seberapa perduli. Siapa tau dengan mengucapkan secara personal, dia akan lebih terhibur dan merasa diperdulikan. Terbukti, lewat jalur pribadi malah lebih sering dibalas dari pada ucapan yang ada di group.

Sebenarnya, mau mengucapkan di group atau jalur pribadi adalah hak masing-masing, tapi bagi saya; ada beberapa hal yang menurut saya perlu tempat atau waktu penyampaian yang tepat. Bukan soal kepada siapa kita bicara, tapi bagaimana kita menunjukan kepedulian dan bagaimana menghormati situasi tersebut.

Lagian saya selalu berfikir; seberapa percaya sih kita terhadap ucapan jika tulisannya saja hanya sebuah duplikasi? kalau mau duplikasi ngga apa-apa, tapi lewat jalur pribadi saja.

Saya selalu percaya; Ucapan, baik kata lisan atau tulisan akan mempunyai makna yang lebih jika kita menyampaikannya pada waktu dan cara yang tepat, selain pemilihan diksi yang sesuai.

Tapi ini menurut saya lho ya. Kita tidak harus sama…


Also published on Medium.

Leave a Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *