SELOMAS

Waktu menunjukkan pukul 7.45 terlihat di dashboard motorku. Tidak biasanya jam segini aku sudah sampai di perempatan kentungan, biasanya lebih sering telat. Pagi ini aku berhenti di paling depan karena baru saja lampu merah menyala.

Alih-alih ngelamun, salah satu kegiatanku ketika menunggu lampu hijau menyala adalah mengamati sekeliling. Biasanya sih mengamati papan iklan. Kalau sore hari biasanya mengamati seniman/ pengamen yang mendendangkan lagu. Sering kali lagu yang mereka nyanyikan menjadi referensiku untuk gitaran.

Berada di sebelah kanan seorang wanita berseragam kantor menggunakan motor beat. Masih terlihat muda, namun sepertinya sudah berkeluarga. Dari pakaiannya terlihat bahwa beliau pekerja kantoran yang sedang mengejar waktu absen di tempat beliau bekerja, semoga nggak telat ya bu!

Di sebelah kiri ada seorang pria, yang membuatku menulis cerita ini. Pria ini berperawakan tidak kurus dan tidak pula gemuk. Berkulit hitam, postur tubuhnya pas dan terlihat berisi. Mengenakan jaket berwarna gelap dan memakai celana jeans pendek.

Pria ini mengenakan sepatu sneakers warna hitam bergaris putih, dia pakai yang model ada talinya. Lebih seperti sepatu converse ku jaman kuliah dulu, cuma beda warna aja. Dari outfit yang dikenakannya, aku tidak bisa menebak dari mana atau mau kemana pria ini.

Pria ini menggunakan motor smash berwarna merah. Motor generasi old yang masih oke. Sesaat dia di sampingku tidak ada yang unik terjadi. Namun beberapa detik kemudian muncul keunikan darinya, tiba-tiba pria ini bernyanyi agak keras. Aku mencoba mendengarkan lagu apa yang dinyanyikannya, tapi aku tidak mengenalinya sama sekali. Dari nadanya pun aku tidak familiar. Namun kalau boleh menebak, sepertinya ini lagu dari daerah timur.

Uniknya lagi, pria ini mulai berjoget. Sedikit berdiri, dia mulai menggoyangkan badan dan mengangkat tangannya. Enjoy banget dah pria ini. Berada di perempatan seperti berada di panggung kali ya. Anggap rumah sendiri deh mas! yang penting hepi!

Setelah melihatnya berjoget, aku tidak berani memandang langsung ke arahnya. Aku hanya melirik saja. Aku khawatir pria ini tersinggung ketika aku menatapnya. Pikiranku melayang: Jangan-jangan mas nya ini sedang mabok ya. Siapa tahu semalam habis party di kost temannya dan pagi ini baru pulang sambil membawa sisa-sisa kemabokan semalam. (angkat sekali lagi gelasmu, kawan). Tapi ah sudahlah, daripada mikir macam-macam lebih baik diam aja sambil menunggu lampu hijau menyala yang tinggal beberapa detik ini.

Sesaat lampu hijau menyala, pria ini langsung menggeber gasnya..”ngueeng…..”. Batinku, wah buru-buru amat mas. Tapi tidak apa-apa lah ya, kita kan berada di barisan paling depan, start awal gitu lho. Dari pada orang-orang yang begitu hijau langsung “klaskson”, waaah itu rasanya ingin ku uncalin mercon ke arah orang tersebut.

Setelah beberapa meter di depanku terlihat sebuah tulisan di belakan jaket hitamnya. Tulisannya sungguh asik banget, seasik masnya ketika joget dan nyanyi waktu itu. Tulisan terlihat jelas di punggung jaketnya, warnanya cerah dan fontnya besar! dan kamu tahu apa tulisannya ?

Tulisannya adalah ” SELO MAS~”

Aku tertawa kecil ketika membacanya. Duh ini pesan untuk kita disuruh selo apa gimana ini? Jangan-jangan pria ini sebenarnya dari komuntias orang selo yang mengirimkan pesan sederhana pada orang-orang lain untuk “selo lah”.

Asik banget kan!? Kayak kamu sekarang ini lho, selo banget baca tulisan ini.

Jadi apa yang bisa dipetik dari cerita ini? nggak ada! hahahaha…. kita cuma perlu selo aja dalam melakukan banyak hal, ya nggak ya nggak? (ngomong pada diri sendiri)

Udah ya,…

6 Comments

·

Leave a Reply

  1. Wuih, padahal orang Yogya terkenal paling selo, nggak hobi klakson di lampu merah, dan chill rata-rata, masih juga disuruh selo sama masnya πŸ˜† Unik deh, pasti mas tersebut dapat banyak perhatian dari orang-orang, yaaah 😁

    By the way, apa kabar mas Ardhitya? Sudah lama nggak tukar sapa, meski begitu saya selalu mengikuti tulisan-tulisan mas yang menyenangkan πŸ₯³ So, thank you sudah sharing cerita menarik di atas, mas ~

    • Wow wow mimpi apa ini dapat kunjungan komentar dari kak Eno.
      Wahh…rasanya sudah lama sekali ya tidak saling menyapa di kolom komentar. Maklum tulisan saya akhir-akhir ini cenderung curhat, tidak seasik ala-ala cerpen :
      Pernah Ditertawakan atau Gatal karena itu…

      Walaupun begitu saya sering lho main ke blog kak Eno, membaca tulisan mbak pun menyenangkan, asik!

      eh eh, semenjak Jogja lebih macet banyak lho yang tidak selo kak. Begitu lampu hijau langsung klakson pun ada. Semoga kota ini tidak menjelma menjadi yogJAKARTA.

      Terima kasih kunjungan komentarnya kak. *terharu biru* hihihi

  2. baca peristiwa di lampu lalu lintas jadi ingat kalau beberapa lampu lalu lintas di jogja punya timer yang terlalu lama. Bahkan lebih sekitar 2 menit. Saking lamanya, temanku pernah sampai turun dari motor kemudian melakukan gerakan pemanasan seperti mau olahraga.

    Selo mas, memang tepat sih untuk beberapa persimpangan di jogja yang sekarang sering macet dan banyak pengendara yang ga sabaran..udah mirip rangorang ibukota πŸ˜€

    tulisan yang bagus mas Ardhi.
    Salam kenal mas πŸ˜€

    • Iya betul, beberapa lampu merah memang timernya lama. Tapi ya gitulah, Jogja sudah semakin padat lalu lintas nya. Terlebih jika akhir pekan. Namanya juga kota wisata ya kan, hehe

      Salam kenal kembali mas, terima kasih telah berkunjung. Ini pasti karena kak Eno. Hehe

  3. Aku pernah nih ketemu Ama pengendara model begini, nyanyi2, tapi wktu itu malah sambil pasang speaker mas 🀣. Aku sih nanggepinnya juga Selo. Malah enak toh, nungguin lampu merah yg suka lama, Jakarta pula, tapi terhibur Ama lagu2 Dr speakernya πŸ˜„. Anggab hiburan lah. Hidup itu kadang memang harus dibawa Selo, biar stress, apalagi di kota besar πŸ˜„

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *