Mengukir di atas Batu

Hey Saka! kita harusnya tidak lewat sini! ini semua karena mu, kini kita harus tersesat dan bingung harus kemana, kan!” – Itulah teriakan Tara kepada Saka yang berada di depannya.

Saka dan Tara adalah dua orang sahabat yang sedang menyusuri padang pasir tandus nan panas, mereka berkelana mencari sebuah desa yang konon menjadi pusat perdagangan.

Sepanjang perjalanan kedua orang ini sibuk berdebat. Memang, keduanya terkenal memiliki kesenangan berbicang banyak hal yang tak penting, bahkan sampai berdebat.

Alih-alih untuk mengisi waktu agar tidak bosan dalam perjalanan, debat mereka ibaratnya seperti netizen yang suka otot-ototan biscara soal politik, debat kusir yang tak ada akhirnya itu sebenarnya tidak akan berpengaruh banyak dalam kehidupan masing-masing, hanya akan menghabiskan tenaga.

Saka dan Tara ini sebenarnya merupakan sahabat yang baik. Yang saling mengingatkan dan memberi perhatian dalam caranya masing-masing. Kalau wong jowo bilang; mereka itu konco kenthel.

Hampir pada setiap simpangan mereka selalu berdebat menentukan kemana arah perjalanan selanjutnya. Maklum, keduanya memang belum pernah menuju desa ini. Dalam setiap perdebatan itu Saka yang biasanya menjadi penentu akhirnya.

Tara sering emosi karena setiap kali Saka mengambil keputusan menurutnya selalu salah! walaupun begitu Tara selalu manut-manut saja. Tara memang sosok yang memiliki jiwa berkoar-koar dan mudah emosi. Sementara Saka memiliki jiwa menenangkan.

Setelah berjalan hampir satu hari dalam kondisi panas menyengat membuat mereka terseok-seok saat berjalan. Kaki mereka terasa berat, sendal jepit yang terbuat dari rajutan pun mulai tak mampu menahan panas yang sudah sejak tadi menyengat telapak mereka.

Bekal mereka hanya tersisa satu botol dan itupun hanya seperempat, mereka kelelahan. Lapar dan haus yang datang membuat emosi mereka mulai tak terkendali.

Sampailah mereka pada pedebatan mengenai simpangan lagi! Saka segera mengambil keputusan untuk belok ke kanan! Bukan tanpa alasan, Saka sangat yakin jika belok ke kanan adalah jalan yang benar dari pesan kakeknya. Sebelum perjalanan mereka dimulai, Saka mendapatkan pesan dari sang kakek;

Setelah hampir sehari berjalan, kamu akan menemukan simpangan, ambilah kanan dan itu adalah tikungan terakhir“. – pesan kakek

Tara tidak tahu menahu akan pesan tersebut, masih saja mengajak berdebat dan minta untuk belok ke kiri. Tara emosi, sampai-sampai menampar pipi Saka! plaak!

Aku tak mau ikut keputusanmu!” – ujar Tara.

Saka hanya diam, bergeming saja. Dia jongkok sebentar di bawah pohon, sambil menggoreskan sebuah tulisan pada tanah.

Hari ini seorang sahabat sudah menampar ku“.

Saka perlahan terus melanjukan perjalanan ke arah kanan. Sementara Tara? dia tak punya pilihan lain selain menguntitnya dari belakang.

Tak lama setelah itu mereka tiba di sebuah oase. Senyuman di wajah mereka mulai tampak, semangat kembali bergelora terlihat dari semakin cepatnya langkah mereka menuju sebuah danau di sana.

Dalam ilmu geografi, oasis atau oase adalah suatu daerah subur terpencil yang berada di tengah gurun, umumnya mengelilingi suatu mata air atau sumber air lainnya.

Saka dan Tara jelas ingin istirahat, mengambil air untuk membasahi kerongkongan yang sudah kering sejak tadi. Saat mengambil air terjadi sebuah insiden, Saka yang tidak bisa berenang terpeleset dan masuk ke dalam danau yang konon dalamnya lebih dari sepuluh meter ini. Beruntung Tara yang tengah berbaring di bawah pohon melihat kejadian tersebut dan segera berlari menuju danau untuk menyelamatkan Saka.

Saka yang hampir saja kehabisan nafas, akhirnya berhasil ditarik keluar dari danau oleh Tara. Sambil masih terengah-engah Saka mencari sebuah batu besar dan mengukir sebuah tulisan.

“Hari ini seorang sahabat sudah menyelamatkan hidupku”.

Hey Saka! kenapa kamu terburu-buru mencari batu dan menulis sesuatu di sana? – Tara bertanya sambil menghampiri Saka.

Sambil tersenyum Saka mencoba menjawab pertanyaan Tara:

“Kita harus segera melupakan keburukan atau kesalahan yang diperbuat sahabat, seperti menulis di atas tanah yang akan cepat tehapus oleh angin. Sementara perbuatan baiknya sahabat, harus kita ingat selamanya, seperti mengukir di atas batu, tidak akan pernah terhapus oleh waktu”

Tara pun tersenyum dan memeluk Saka saat itu juga sambil berkata;

Terima kasih!“.

Mereka pun melanjutkan perjalanan setelah puas mengistirahatkan hati dan tenaga.

Sekian!


Also published on Medium.

Leave a Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *