Menjelang sholat subuh, selepas bersantap sahur, Aila bertanya perihal profesi;
_ Pa, kapan tau ada kerjaan programmer? kapan ingin jadi programmer?
Sedikit bercerita, duhulu saya bahkan tidak tau akan jadi programmer. Lha wong kenal komputer saja baru saat masuk kuliah. Dulu kita ngga punya komputer, pakai komputer pun saat sekolah SMA, itupun kelas tiga menjelang lulus, karena sekolahan baru punya lab komputer saat itu.
_ Lalu kenapa bisa jadi programmer ?
Dahulu sebelum berangkat ke Jogja mencari kitab suci (sekolah), kakungmu cuma bilang; ada jurusan namanya informatika, katanya sih sedang banyak yang membutuhkan. Lalu saya coba deh mendaftar jurusan tersebut. Aila pun menjawab “ooohh…..”.
Lalu ….
_ Pa, apa yang keren dari programmer?
Sontak sih agak susah njawabnya, saya cuma jawab; kamu bisa bekerja hanya dengan PC atau laptop. Iya kan?
Kemudian saya timpali dengan pertanyaan balik,
_ Emangnya kenapa ? kamu mau jadi apa?
Kali ini dia menjawab; Aku masih bingung, sementara ini pilihanku jadi Guru, Dokter atau Ibu Rumah Tangga.
Jadi guru sepertinya enak, tapi kadang harus pulang sore gituh, apalagi hari sabtu (dia melihat kebiasaan gurunya di sekolahan).
Kalau dokter gimana? __ aku ngga mau kerja shift malam pa, ngantuk ( ini dia begini karena dia sedang mengantuk).
Terus kalau Ibu Rumah Tangga kayaknya enak, bisa di rumah terus, hhe hhe hhe… sambil tertawa kecil. ( ini jelas melihat mamapnya).
Throwback; dialog bersama Aila di tahun April 2016 ;
Apapun itu, aku akan mendoakanmu yang terbaik bagimu. Yang terpenting seperti penggalan sebuah lirik;
Boleh jadi apa saja, Yang penting kamu bahagia. Hanya satu yang kuminta, Tetaplah jadi orang baik.
Also published on Medium.
Leave a Reply