Fitur ‘Rekomendasi’ Tidak Selamanya Baik

Tau fitur ini kan ya? fitur rekomendasi biasa terdapat pada aplikasi yang sekarang banyak digunakan. Contoh; Fitur rekomendasi yang ada di beranda YouTube. Pada halaman beranda, pengguna selalu disuguhkan video yang sejalan dengan kebiasaan penggunanya, jadi kamu berasa dimanjain sama YouTube terus, ya kan ya kan?

Dipandang dari sisi pembuatan aplikasi, fitur ini merupakan senjata utama untuk membuat para penggunanya betah berlama-lama pada aplikasi mereka. Hal ini jelas bertujuan untuk meningkatkan engagement user. Semakin banyak user yang bertahan, maka semakin lancar cuan yang mengalir pada bisnis mereka. Well kan?

Fitur semacam ini tidak hanya di sosial media, banyak e-commerce juga menerapkan ini. Tujuannya jelas; memperahankan user, menjual barang sesuai tingkah laku pengguna dan pada akhirnya menjadi media promosi yang baik dan tepat sasaran.

Lalu kenapa saya menulis judul diatas?

Mari kita pandang dari sisi humanis, menurut saya; fitur ini hanya akan membuat kita tenggelam pada sebuah kenyamanan dalam kemudahan dan keseragaman. Setiap kali membuka aplikasi kita selalu disuguhi tontonan yang satu genre dengan kebiasaan dan kesukaan kita. Seakan-akan aplikasi sangat mengerti kita sebagai penggunanya. Keren? Iya keren banget!

Saya berfikir ternyata fitur ini tidak selamanya bagus untuk mental pengguna. Fitur ini membuat penggunanya hanya menikmati yang mereka suka, fitur ini tidak atau jarang menampilkan sesuatu yang sangat jauh dari kesukaan pengguna, sesuatu yang mungkin membuat kecewa atau sangat berbeda dari kebiasaan.

Padahal menurut saya; sebagai manusia yang harus bertahan hidup, kita perlu belajar menerima kekecewaan, perlu melihat perbedaan, bahkan sebuah kegagalan sekalipun. Semakin lama kita hanya menikmati yang kita suka, lambat laun kita bisa menjadi seorang yang susah menerima sesuatu yang berbeda atau kecewa.

Mungkin ini salah satu penyebab kenapa kaum milenial saat ini menjadi sangat ekspresif namun tak terkontrol di sosial media. Menjadi sangat liar bersuara di sosmed, membuat makian semudahnya, bahkan cyber bully dianggap hal yang sepele. Kenapa begitu? Ya bisa jadi karena mereka terbiasa melihat yang mereka suka saja, giliran menghadapi yang sedikit berbeda, maka langsung meluapkan emosi secara berlebih.

Jadi mungkin perlu dipikirkan kembali dalam membuat fitur rekomendasi perlu mixed dengan content yang mungkin sangat jauh dari kebiasaan pengguna. Walaupun bisa saja ini tidak menguntungkan bagi aplikasi, namun setidaknya membuat pengguna lebih sehat secara manusia sosial sesungguhnya.

– Sekian –