Ini adalah live bloging.
Selepas mengantar Aila sekolah, aku mampir untuk membeli bubur ayam. Walaupun sudah cukup sering menyantapnya, ini adalah kali pertama aku membelinya sendiri. Maklum, biasanya lebih sering dibelikan. Hehe
Walau cuma menggunakan gerobak di pinggir jalan, warung ini laris pembeli. Buka pukul tujuh pagi dan biasanya tidak perlu waktu lama buburnya habis diserbu para pembeli. Kamu perlu sabar untuk menunggu antrian, karena bubur diracik oleh satu orang ibu-ibu (anggap saja ibu barokah) secara satu per-satu.
Ketika aku datang, kira kira aku mengantri sekitar 8 orang di depanku, tapi itu hanyalah mitos saja. Karena antrian tidak sistematis jelas terkadang diserobot mak emak (simbah) atau bapak-bapak yang antree aja pakai ngerokok, hih!
Aku pikir inilah Indonesia. Soal antree saja belum bisa tertib. Sebuah kemewahan yang tidak bisa dijumpai di negara tertib, ya kan? (eh belum pernah ke negara lain ding ya, semoga ada kesempatan nantinya).
Seorang bapak-bapak pesepeda tiba-tiba membelokan tunggangannya ke warung ini. Tidak lama kemudian sebuah mangkok berisi bubur lengkap diberikan padanya. Lho lho bapak ini mengantri dari mana? Kok tiba-tiba langsung dapat semangkok bubur siap santap? Hehe.
Kurang lebih 40 menit akhirnya tiba gilaran ku. Yey! Bubur ini harganya lima ribu perak, rasanya enak karena memang enak dan antreenya yang sangat kearifan lokal…hehe
Dah ya, buburku udah jadi dan mau pulang untuk menyantap.
Selamat berakhir pekan,…