Halo Oktober, Apa kabar!? “Cih… sudah hampir setengah berjalan bulan ini kok baru menyapa sih ~” mungkin itu kira-kira jawab si Oktober padaku.

Maklumlah ya belum ada ide untuk dituangkan menjadi tulisan di sini. Sebenarnya ada beberapa hal yang menarik untuk ditulis dan punya beberapa draft yang ngga kelar-kelar, tapi gue sedang malas untuk memikirkan rangkaian diksi atau literasi sebuah tema tulisan.

Jadi, sepertinya tulisan ini bakal campur-aduk, gue mau nulis apa saja, mengalir saja yang ada di kepala.

Continue reading

Jam menunjukkan hampir pukul 12 siang, sayup-sayup sudah terdengar suara adzan Zuhur dari gawai milik salah satu kerabat kerja.

Bagiku yang tetap harus masuk kantor walaupun dalam masa pandemi, ini adalah waktu yang tepat untuk ishoma, istirahat-sholat-makan. Maklum, tempat kerjaku berada di Rumah Sakit, yang konon katanya adalah tempat garda terdepan.

Ah, entah terdepan atau terakhir, yang jelas aku tidak pernah berhenti berharap kita selalu sehat dan tidak perlu ada istilah garda-gardaan yang hanya dijadikan gimmick semata.

Continue reading

“Blaaak….”

Suara bola lemparan dari Hanafi berhasil mendarat dengan manis di lengan Haris Fadilah, itu menjadi akhir dari permainan kasti dengan kemenangan tim Hanafi dengan skor 2-1.

Dari celah pintu yang terbuka, aku mencoba menengok jam yang tergantung di ruang guru. Oh pukul 09.25. Aku yakin, pak Bardi sebentar lagi akan memukul lonceng dengan irama khasnya.

Kami memang terbiasa memanfaatkan waktu istirahat yang hanya 30 menit ini untuk bermain kasti. Permainan yang cukup asik pada jaman itu, sangat jauh dari sentuhan teknologi pastinya.

Continue reading

Pukul 02.40, terjaga dari tidur yang rasanya belum lama membawa mata ini terpejam. Kemudian hanya ketap-ketip tanpa tahu kapan akan kembali memejamkan mata.

Sambil skrol-skrol sosmed kecintaan kita semua, saya membaca beberapa literasi mengenai ini itu, hingga akhirnya berhenti pada perasaan “oh damn! Lho lho tahun ini sudah hampir habis” . Kini sudah berada di pertengahan bulan September dan tiga bulan lagi selesai sudah perkara tahun ini.

Continue reading

Pandemi membuat kegiatan sekolah pindah dari rumah. Ya bukan kenapa-kenapa, ini memang langkah terbaik yang diambil negara demi memutus rantai penyebaran Covid-19, menyelamatkan masa depan. Entah sampai kapan ya.

Sekolah dari rumah ternyata bukan hal mudah, banyak orang tua yang kini harus ekstra belajar, ekstra bersabar, ekstra tenaga demi mendampingi buah hati untuk sekolah dari rumah, dan itu tidak mudah! belum lagi jika harus mengurus kebutuhan rumah tangga, atau mengurus anggota keluarga lainnya. hah! salut untuk para orang tua yang selalu memiliki stok sabar yang banyak. Tetap semangat ya pak, bu!

Continue reading

Pernah dengar “Tjing Tjau Balsem” ? Ini adalah balsem yang bagi keluarga kami adalah sebuah legenda.

Balsem yang kemasannya berbahan seperti kaca dan berwarna kekuningan ini adalah salah satu kenangan bagiku.

Sejak aku kecil, bapak ibu selalu punya balsem ini. Ya biasalah, kita termasuk orang yang sering menggunakan balsem untuk sekedar hangat hangat badan atau kerokan jika kemasukan angin.

Continue reading

Terkadang, pilihan memang terdengar menyedihkan. Ada pula pilihan yang terdengar sangat menyenangkan. Namun pada kenyataannya, semua pilihan akan berakhir dengan bagaimana kamu menyikapi suatu keputusan.

Menjalani kehidupan lebih sulit daripada mendekatkan diri pada sebuah tragedi yang mendatangkan sebuah kematian. Jadi, hiduplah selagi hidup, Sayang.

Continue reading

Cuaca dingin di Jogja selalu hadir dibarengi masa datangnya mahasiswa baru, itulah yang selalu terbesit di pikiran saya.

Sebenarnya kebetulan aja sih ya, tahun ajaran baru dimulai sekitar bulan Juli Agustus dan bertepatan dengan masuknya musim kemarau yang selalu saja berselimut dingin. Brrr….

Dahulu waktu masih kuliah memang yang teringat adalah cuaca dingin gini biasanya saat sedang ramai-ramainya ospek.

Continue reading

Selepas menunaikan kewajiban, ada sedikit dialog bersama Aila.

“Papa, masih kurang enak badan ya? makanya ngga pergi ke Masjid?”

Akupun menjawab “Masih kurang sehat Ai, papa masih merasa kedinginan, ujung jarinya sakit-sakit dan masih sering batuk”.

Lalu, Aila kembali menjawab dengan kalimat begini.

“Tenang Pa, yang penting papa senang, nanti pasti sehat kembali”.

Oouchh….Tahukah kamu Ai salah satu hal yang paling Papa inginkan adalah sehat! Demi Allah, senang sekali jika ada yang mendoakan sehat, sungguh!

Selalu doakan Papamu ini ya, nduk. Doakan kami orang tuamu, ibumu, ibumu, ibumu, lalu aku.

Aku yang masih merasa tak sesehat biasanya.


Aya, begitu sapaannya. Perempuan bernama lengkap Altheya Adhara Sadhitya ini adalah kekasih baruku. Sekedar kamu tahu, aku telah menjatuhkan hatiku padanya sebelum aku benar-benar melihat parasnya.

Aku percaya bahwa Tuhan sedang berbahagia ketika menciptakannya, kehadiran Aya membawa senyum bagi dunia kami, terutama bagiku.

Tentu saja Aya belum mengerti bagaimana perasaanku padanya. Bagaimana dia telah merebut sebagian hatiku untuknya.

Continue reading

Hey Saka! kita harusnya tidak lewat sini! ini semua karena mu, kini kita harus tersesat dan bingung harus kemana, kan!” – Itulah teriakan Tara kepada Saka yang berada di depannya.

Saka dan Tara adalah dua orang sahabat yang sedang menyusuri padang pasir tandus nan panas, mereka berkelana mencari sebuah desa yang konon menjadi pusat perdagangan.

Sepanjang perjalanan kedua orang ini sibuk berdebat. Memang, keduanya terkenal memiliki kesenangan berbicang banyak hal yang tak penting, bahkan sampai berdebat.

Alih-alih untuk mengisi waktu agar tidak bosan dalam perjalanan, debat mereka ibaratnya seperti netizen yang suka otot-ototan biscara soal politik, debat kusir yang tak ada akhirnya itu sebenarnya tidak akan berpengaruh banyak dalam kehidupan masing-masing, hanya akan menghabiskan tenaga.

Continue reading

Sore ini pulang dari tempat kerja rasanya ngantuk sekali, saking ngantuk-nya sampai-sampai merasa hampir saja terlelap di atas motor.

Suasana sangat mendukung, mendung sore, cuaca bagus, tidak macet dan angin sejuk, kantuk semakin menjadi-jadi.

Pernahkan merasa ngantuk banget ketika di dalam mobil? Seperti mendengar suara sekitar tapi samar-samar, lalu mata terasa berat ingin menutup, nah begitulah rasaku saat itu.

Tentu bukan tanpa alasan sih ya, sudah dua hari ini kurang tidur dan terlalu larut untuk memejamkan mata.

Selain karena memang kantuk, hal lain yang membuat semakin ingin terlelap adalah memakai sepeda motor matic. Motor yang tinggal gas ini membuat minim sekali aktivitas di atas motor, sehingga membuat terlalu nyaman yang akhirnya menjadi terkantuk-kantuk.

Ah… paragraf di atas terdengar seperti sebuah alibi saja! seolah gimick tulisan, ya kan ya kan? Tapi ah sudahlah ngantuk ya ngantuk saja. Lagian, hey, siapa juga yang peduli sih dengan banyak alasan-mu!?

Jika ada yang tanya apa kelebihan sepeda motor matic, maka jawaban saya adalah “minim aktivitas, tinggal gas, lalu ngeeeng….”.

Pun jika ada tanya apa kekurangan sepeda motor matic, maka jawaban saya adalah “minim aktivitas, tinggal gas, lalu ngeeeng….”.

Hmm…lalu apa bedanya!?

Sudah gitu saja, Saya masih mengantuk ketika menulis ini.

Jika ngantuk jangan berkendara, dan jika berkendara janganlah mengantuk.

Salah satu ajaran orang tua jaman dahulu adalah, “jangan pegang kepala orang, apalagi orang yang lebih tua”. Kenapa begitu ya? mugkin karena kepala dianggap sebagai mahkota untuk setiap individu, jadi memegang kepala orang lain dianggap tidak sopan.

Pernah juga dapat cerita kalau jaman dahulu anak-anak tidak akan memulai makan jika orang tuanya belum pada makan. Semisal ada ayam ingkung di meja makan, bagian terenak (rempelo-hati, kepala, pupu) dimakan oleh kepala keluarga alias bapak. Sementara anak-anak mungkin hanya akan dapat suwiran karena harus berbagi dengan jumlah saudara yang banyak ( jaman dulu anaknya banyak-banyak).

Continue reading

Setelah sekian purnama kondisi membaik, akhir-akhir ini kembali merasa dalam kondisi tidak baik.

Muncul keraguan yang dulu sering menghantui, kembali cemas untuk melakukan sesuatu, kembali mengkhawatirkan sesuatu yang entah apa itu.

Merasa seperti orang sakit tapi tidak benar-benar sakit. Muncul begitu saja, lemah dan tak terkendali, tapi juga menjadi baik-baik saja.

Mungkin karena cuaca yang kini mulai kembali dingin ( literally ). Beberapa purnama sebelumnya cuaca lebih hangat, pun suasananya begitu.

Semoga hanya karena itu,…

Mari menghangatkan suasana, lagi!

Banyak hal baik di dunia, namun ada beberapa hal yang mesti dan wajib diterima.

Kecewa. Termasuk gagal, ditolak, kehilangan dan patah hati.

Tua, Sakit dan Meninggal.

Mau tidak mau, suka tidak suka, kita akan mengalaminya.

Sekeras apapun berfikir hal positif, dunia akan selalu menyajikan hal negatif.

Selantang apapun mensyukuri sisi manis, kenyataan selalu memiliki sisi pahit.

Benar. Kita perlu melatih diri untuk suka dan gembira. Namun ternyata ada yang lebih penting dan kadang terlupakan, menjadi tangguh untuk tidak sekedar menikmati hal suka, dan menjadi kuat untuk menghadapi hal duka.

Jadi, boleh saja kita menikmati indah pagi, tapi gelap malam akan tetap hadir.

Untuk yang sedang merasa kehilangan, sedang merasa sendiri, tanpa arah, merasa kecewa dan bahkan penuh sesal. Yakin! Bahwa itu semua adalah hal terbaik yang pernah ada.

Dari hal berat itu, masih ada pilihan untuk terus berjalan dan tidak untuk larut tenggelam.

Terus belajar untuk sadar; bahwa kita mesti menerima hal pahit dan menciptakan hal baik dari kepahitan itu sendiri.

Saya pun masih belajar…

Tak ada yang mudah dari sebuah perpisahan, dan ini adalah segelas teh terakhir buatan seorang kawan yang harus pergi berpisah.

Walaupun begitu kita sudah menyadari, bahwa semanis apapun pertemuan pasti akan ada saat untuk mengikhlaskan.

Sampai bertemu dilain kesempatan, semoga jumpa kita nanti kamu tak perlu membuatkan teh.

hari itu sengaja meminta teh, agar memberi semangat padanya.