Aku baru saja pulang dari pertemuan wali murid yang salah satu materinya adalah mengenai MBG atau Makan Bergizi Gratis yang akan mulai diberikan kepada para siswa di sekolah anakku. Dalam pertemuan tersebut dihadirkan seorang pelaksana atau penanggung jawab dapur yang memaparkan bagaimana mekanisme mengenai makanan yang akan di distribusikan dengan segala ini itunya.
Kenapa sosialisasi ini menjadi penting dilakukan? karena sekolah anak saya ini adalah sekolah swasta yang notabene sudah memiliki program makan setiap harinya. Lalu kenapa MBG jadi masuk ke wilayah sekolah swasta? Apakah memang semua sekolah negeri sudah mendapatkan jatah? Hmm sebentar… aku rasa ini memang sudah programnya begitu, aku tidak mau berprasangka, kita bahas saja sisi baiknya dan bagaimana menyikapinya dari POV ku.
Dalam pertemuan tersebut tidak sedikit yang bertanya dan ada pula yang secara tegas menyampaikan bahwa kurang setuju dengan adanya MBG. Banyak kekhawatiran karena seringnya mendengar berita yang kurang baik akan program ini, ada keracunan lah, katanya makanannya ngga enak lah, atau makanannya ngga layak sepertinya potongan buah yang sangat tipis kayak KTP.
Lalu apa sikapku? Setuju dengan MBG ? Sebelum setuju atau tidak setuju, tentu aku mempertanyakan kenapa masuk sekolah kita? Bukankah kita sudah membayar chattering untuk makan setiap harinya? Lalu akan kemana dana yang kita bayarkan tersebut? Semua pertanyaan itu tentu sudah terwakilkan oleh pertanyaan wali murid lainnya, aku tidak perlu mengangkat tangan dan bersuara dengan microphone. Sekolah mengambil kebijakan untuk tetap mengadakan program chartering makan dari sekolah untuk dikonsumsi pada siang hari dan ditambah MBG pada pagi harinya. Waah jadi double makan dong yah… Hmm enak acara sekolah isinya kok banyak makanan yah, ini mau belajar atau mau makan-makan? Hehe dalam hatiku berkata begitu aja sih.
Jika ada pilihan untuk tidak setuju atau menolak, maka aku akan jadi bagian tersebut dan menyarankan untuk dialihkan ke sekolah lain atau mungkin jika bisa dijadikan penghematan anggaran negara. Boros banget boooss kayaknya ini, kalau bisa sih buat mengentaskan kemiskinan atau membantu orang-orang lain lah.
Namun sayangnya situasi saat ini tidak seperti itu. Sepertinya ini merupakan sebuah perintah yang diwajibkan untuk dilaksanakan. Oleh karena itu mungkin yang bisa dilakukan adalah memberikan kontrol yang lebih baik. Harapannya sih tentu saja tidak ada kejadian yang aneh-aneh. Semoga makanan yang diberikan pun selalu sehat dan tidak menimbulkan efek kurang baik pada anak-anak.
***
Mudah Lapar
MBG bukan hal baru bagiku, sudah biasa menjadi topik pembicaraan di meja makan kami. Anakku yang pertama sekolah di negeri yang setiap harinya mendapatkan makan gratis tersebut. Jadi kami sudah cukup sering berdiskusi hal itu, minimal aku akan bertanya “bagaimana makan MBG apa hari ini?”. Jawabanya kadang makanannya cukup enak, tidak jarang juga makanannya kurang ini kurang itu. Rasanya hambar, ukurannya kecil dll. Namun alhamdulillah nya anak saya baik-baik saja, semoga tidak ada kejadian apa-apa yah.
Ada hal menarik yang dia ceritakan; semenjak adanya program ini dia jadi merasa mudah lapar. Jam 9 pagi perutnya udah mulai krucuk krucuk, padahal setiap pagi sebelum berangkat kami selalu sarapan terlebih dahulu. Hal ini tentu terjadi setelah beberapa bulan semenjak mereka terpapar program MBG.
Aku jadi ingat sebuah teori untuk membuat kebiasaan, kita hanya butuh waktu 30 hari untuk terus menerus melakukan hal yang sama, selanjutnya tubuh akan otomatis terbiasa dan menyesuaikan dengan kebiasaan tersebut. Nah sekarang kebiasaan makan teratur MBG tersebut secara tidak langsung membuat pola metabolisme atau jam makan para siswa berubah. Dengan kata lain aku menganggap program ini telah berhasil membuat anak saya jadi mudah lapar hahaha. Saya sih akan tetap tenang kalau MBG masih selalu ada. Kelaparan anak saya akan tersolusikan dan yang penting ngga mengganggu proses dia menuntut ilmu.
Sebenarnya kamu tahu ngga apa tujuannya program MBG? Aku sendiri baru browsing dan sumber yang aku temukan dari website kemenkeu (eh aneh ngga?). Kok website kemenkeu ya? Tapi ngga aneh juga sih karena pov mereka adalah program ini akan diharapkan dapat mendorong UMKM dan pertumbuhan ekonominya. Ya masih nyambunglah ya, berikut kutipannya :
MBG merupakan usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui penguatan gizi bagi anak sekolah. Selain itu, program ini juga bertujuan untuk memberdayakan UMKM dan ekonomi kerakyatan, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. Lihat selengkapnya di sini: https://mediakeuangan.kemenkeu.go.id/article/show/pemerintah-salurkan-makan-bergizi-gratis-mbg-ini-sasaran-utama-penerimanya
oke clear ya… maksud utamanya adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Nah semoga highlight utamanya ngga dilupain ya. Harapannya ngga cuma meningkatkan pertumbuhan ekonomi nya lhoo. Kualitas SDM nya tetap yang utama. Dan jika bicara mengenai kualitasnya, maka menurutku ini ngga hanya soal makanan saja. Sarana prasarana, kualitas guru juga perlu ditingkatkan. Metode pembelajaran pun tidak kalah penting, justru itu yang utama. Gonta ganti metode belajar hanya akan membuat guru dan orang tua jadi ikut pusing. Apa gunanya perut kenyang tapi otak tidak terisi? Begitu juga sebaliknya. Iya ngga?
ahh udah dulu ya… kita ini kaya raya, bisa kasih makan gratis anak anak di seluruh penjuru nusantara. Hebat kan?