Beberapa hari ini, setiap Maghrib aku mengajak si kecil Aya pergi ke Masjid. Selain untuk mengenalkan penciptanya, aku ingin melihat perkembangan Aya dalam menjumpai hal-hal baru. Oh ya, saat ini Aya berusia kurang dari tiga tahun, tepatnya dua tahun delapan bulan. Usianya akan ganjil tiga tahun pada bulan November nanti.
Aya ini memang lebih berani dibanding mbaknya. Dia cenderung suka ikut dan mau mencoba ini itu. Walaupun begitu kadang dia tiba-tiba masih sering menarik diri dan takut.
Hari pertama aku mengajaknya ke Masjid, aku pikir Aya akan menolak ajakanku, eh ternyata dia langsung mau dong. Aya dengan semangat minta pakai kerudung sama Mamapnya, sambil bilang “Adek Aya mau pergi ke Masjid”. Langsung cus ke Masjid. Aku pikir anak ini akan rewel atau mungkin akan minta pulang. Aku harus siap-siap nih, aku sebenarnya grogi sih (efek psikosomatis mulai muncul).
Sampai di Masjid, Aya mulai observasi lingkungan, sebenarnya tempat ini tidak terlalu asing bagi dia. Aya beberapa kali main ke sini dan sudah mengenal beberapa orang di sini. Namun seperti biasa, semua hal pertasma selalu butuh pengenalan dan observasi.
Aya tampak santai, dia diam tegak berdiri sambil melihat sana sini. Aku mulai mengenalkan dengan beberapa anak-anak lain. Kebetulan anak-anak yang ke Masjid kebanyakan laki-laki. Oh ya, kita cuma berangkat berdua, Aya akan berdiri di sebelahku, satu sajadah denganku. (selama pandemi masjid ini menerapkan protokol kesehatan yang cukup ketat)
Hari itu berjalan baik-baik saja, Aya tampak diam dan tenang di sampingku. Sepulangnya pun dia tampak bersemangat bercerita. Sholatnya jangan ditanya ya, untuk anak yang berusia belum sampai tiga tahun, ikut dan nurut saja sudah sangat cukup.
Hari selanjutnya, tanpa aku ajak, dia sudah meminta untuk ikut pergi ke Masjid. Aku pikir pergi ke Masjid menjadi hal baru dan menarik baginya. Mungkin dia berfikir ini seperti jalan-jalan. hehehe
Hari itu Aya mulai berani bergerak di Masjid. Ketika Sholat berlangsung dia berdiri bersamaku, tapi dia mulai berani muter-muter. Sambil melihat ke kanan kiri belakang, dia mulai melihat anak-anak lain yang ada di sana bahkan berbunyi atau bersenandung.
Hari selanjutnya Mbak Aila ikut menemani ke Masjid. Karena mbaknya ikut, maka aku meminta Aya sholat di tempat wanita bersama mbaknya. Dari rumah sudah kita briefing tuh, Aya sepakat “Oke, Aya sholat sama perempuan, sama mbak Aila”. Aya dan Aila masuk ke ruang wanita, menggelar sajadah mereka. Terdengar cekikik cekikik suara mereka bercanda.
Eh tak lama setelah sholat dimulai, Aya njedul dong di sebelahku. Dia ternyata mendatangiku dan bediri di sebelahku, sambil muter-muter gitu. Sepertinya dia masih enggan berada jauh dariku dan hanya bersama mbaknya. Well oke, hari tersebut punya cerita baru. Sepulang dari masjid dia berkata “Aya sholatnya pinter tapi maunya papa aja.” its so funny, loveable right?
Hari selanjutnya, dia sudah mau bersama mbaknya, di tempat di mana seharusnya berada. Ternyata di sana malah lebih asik, terdengar suara Aya bermain. Dia bergerak ke sana kemari, mainan sekat pembatas ruangan yang terbuat dari kain, ditarik-tarik dong sama dia. Selain itu dia sudah ngusilin mbaknya, naik ke punggung ketika mbaknya sujud. Haha dasar Aya! Sepulang dari sana, Mbaknya mengeluh dong soal itu. Adek bercanda, main-main, usil naik punggung, aku ngga mau mengurusi dek Aya. Ujar mbak Aila.
Oke, mari kita beri pengarahan lagi. “Dek Aya, kalau sholat ya ikut sholat ya. Mainnya setelah selesai sholat aja ya.“. Aya pun mencerna itu “Oke oke” jawabnya sambil melenggang entah bener-bener paham atau nggak.
Hari selanjutnya aku kembali mengajak mereka ke Masjid. Aya sejak awal sudah paham kalau dia sholat di ruangan perempuan. Sebelumnya juga sudah diberi pengarahan dan dia paham “Aya sholat yang benar, main-mainnya setelah sholat selesai ya”.
Mereka masuk ruangan, aku mengintip mereka dari balik tirai pemisah. Mereka telihat asik di sana dan sudah bersiap-siap. Tak lama kemudian tiba waktu sholat. Allahuakbar! tidak lama setelah takbir diangkat terdengar suara Aya dong, lirih sekali tapi terdengar karena aku berada di barisan paling belakang yang tidak jauh dari sekat pembatas. Aya nyanyi dongg…… “Topi saya bundarrr, bundarrr topi saya…..” Astagfirullah… anakku! hih! lucu lucu gimana gitu.
Sepanjang sholat dia bersenandung gitu. Aku tak lagi khusyu, aku berusaha kembali fokus tapi suara Aya sesekali terdengar nyaring. Terlebih saat rakaat terakhir, disaat semuanya sunyi suara Aya semakin terdengar. Ohhh tidaaakk. Aku membayangkan wajah lucunya itu, bersenandung dengan polos. Mana dia malah nyanyi lho, bukan ngikutin baca surah Al-fatihah kek, atau apa gitu. hahaha.
Singkat cerita, selesai sholat lalu kami pulang. Dalam perjalanan Aya bercerita, “Aya pinter sholatnya, ngga mainan tirai, ngga mondar-mandir, ngga naik punggung mbak Aila lho pa. Dek Aya pinter“. dengan nada yang duuh lucu banget siiihh kamu. Lalu akupun menjawab. Iyaaa, “dek aya pinter banget sholatnya, tapi kenapa dek Aya nyanyi??” Langsung deh dia diam aja, mungkin dalam hatinya “lho nyanyi juga ngga boleh ya?” hahahaha
Sesampainya di rumah, kita bercerita kejadian tersebut dan semua tertawa melihat Aya melakukan hal itu. Hahahaha Kekasihku satu ini memang menggemaskan. Aku menyukai kejadian-kejadian ini, dan aku senang menuliskan setiap proses seperti ini, menikmati tumbuhmu dan tumbuhnya kalian.
Sudah dulu cerita Aya kali ini, ada banyak cerita Aya lainnya. Semoga bisa tertulis dilain hari.
Leave a Reply