Alhamdulillah hari ini kita sudah berada di hari kesepuluh di bulan Ramadan. Bagaimana? semoga masih istiqamah dengan segala rutinitasnya ya. Hari ini kebetulan sekali aku dapat jaga nusantara (baca:piket) kantor di hari Sabtu. Sebenarnya piket di hari sabtu bagiku itu agak gimana ya, bisa dibilang tidak banyak pekerjaan yang bisa dilakukan. Lebih cenderung hanya menunggu jika ada problem. Tahu sendirikan kalau kegiatan menunggu adalah hal yang cukup membosankan. Terlebih kalo hari sabtu itu biasanya mode tubuh ini adalah mode rumah alias bukan mode mengerjakan pekerjaan kantor. Tapi namanya tugas ya tetap harus dikerjakan, yang terpentingkan presensi kehadiran-nya kan, eh.
Sesampainya di kantor aku langsung disambut oleh sebuah problem; gagal mengirim broadcast messages melalui Telegram. Wahh…belum apa-apa ternyata aku tidak perlu menunggu lama untuk dapat menemui masalah pekerjaan. Setelah utak-atik dan sedikit analisa (eh ciyeee), akhirnya solved. Kegagalan pengiriman pesan dikarenakan oleh storage dari server engine yang mengalami kepenuhan.
Selepas membenahi permasalahan tersebut aku mau ngapain ya. Seperti biasanya, aku cek email dan hapus yang tidak kubutuhkan. Lanjut skroling twitter secukupnya, kemudian mulai buka youtube untuk melihat hal menarik untuk ditonton. Video pertama yang aku tonton adalah Atap Negeri-nya bung Fiersa yang naik gunung bernama Halau-Halau di provinsi Kalimantan Selatan. Aku sendiri yang pernah tinggal di pulau tersebut belum pernah bahkan baru tahu ada gunung tersebut. hehe.
Video selanjutnya yang aku tonton adalah video seorang YouTuber bernama Adam Bobrow. Dia adalah seorang pemain tenis meja yang membuat konten video main tenis meja di tempat umum; di pinggir jalan, di tempat keramaian dengan menantang siapapun yang mau melawannya. Dalam permainannya, Adam selalu memberikan hadiah jika ada yang bisa mengalahkannya dalam 3 poin. Menariknya, saat ini Adam sedang berkeliling dunia untuk menantang penduduk lokal di negara yang ia singgahi. Video yang aku tonton tadi ketika dia berada di Thailand dan Jerman.
Selepas menonton video ini itu tibalah aku di editor ini, mencoba membuat tulisan yang entah apa isinya. Oh ya, beberapa waktu ini aku sering membaca tulisan pak Ivan Lanin di Medium. Beliau sedang menjalankan program satu hari satu tulisan. Itu wow banget sih! tulisannya enak dibaca. Beda bet sama tulisanku yang tidak terstruktur dengan baik ini. Eh aku terlalu lancang membandingkan tulisanku dengan tulisan beliau yang merupakan seorang pakar bahasa indonesia. hehe.
Sebelum mulai menulis ini aku membaca tulisanku sebelumnya di bulan ramadan yang lalu-lalu. Masih ingat tiga tahun lalu kala awal pandemi? aku menulis ramadan dan lebaran yang bersejarah, kita lebaran di tempatnya masing-masing, cuma bisa video call. Lalu setahun kemudian aku menulis tentang Terawih Hore, masih dalam masa pandemi yang belum bebas untuk kesana kemari. Setahun setelah itu semua mulai membaik pada ramadan selanjutnya. Aku bercerita tentang lebaran kami yang riuh dengan acara pernikahan adik. Dan hari ini, tahun ini! semua semakin membaik! Alhamdulillah… suasana ramadan semakin ramai di surau-surau, di jalan-jalan, di mana-mana, di hati semua orang. Aktivitas ini itu mulai ada di mana-mana. Ekonomi mulai berjalan baik. Semua memulih perlahan dan semoga ini bertahan hingga semakin membaik yah. Aamin
_
Ramadan kali ini ada yang berbeda. Entah dimulai darimana idenya, tapi ramadan kali ini di rumahku berubah menjadi warung penyetan hehe. Ibu yang ramadan di sini mengajak kami berjualan makanan. Sebenarnya idenya adalah “Jualan apa yang kita makan”. Kita ngga perlu mengada-adakan yang ngga kita makan. Yang kita lakukan adalah menambah porsi stok dan apa yang kita konsumsi harian. Kalau kata ibu “Sekalian bikin buat makan hari ini, sekalian kita jual lebihnya”.
Di lingkungan kami kebetulan ada komunitas berjualan antar warga ( semacam group lapak ). Komunitas tersebut setiap dua bulan sekali juga mengadakan bazaar sejenis sunday morning gitu. Setiap warga saling menjual dan membeli. Nah pasar jualan kali ini adalah group tersebut. Mbak Osa menjadi aktor pemasarannya. Beberapa hari sebelum masuk Ramadan, kami mencoba jualan lauk seperti ayam atau ikan, bisa digoreng atau dibakar dan Alhamdulillah ada yang order yang masuk.
Hingga hari ini lumayan banyak peminat yang order setiap harinya. Jadi kalau sore hari rumah kami seperti warung penyetan. Wangi aroma ulekan sambel, aroma gorengan dan bakaran lauk semerbak terendus setiap sore. Sejauh ini sudah menjual aneka lauk ikan atau ayam dalam bentuk bakar ataupun goreng, sayur olahan juga ada, pun jajanan seperti nogosari atau pais waluh kemarin juga sempat diproduksi. Alhamdulillah semua ikut meramaikan, anak-anak juga terkadang ikut membantu membungkus ataupun mengantar orderan. Jika dibutuhkan, selepas bekerja akupun turut serta mengirim barang ke pelanggan.
Secara ekonomi apakah ini untung? Hmm…untung. Apakah banyak? tidak dihitung, namun yang jelas jika dilihat dari biaya masak harian, maka hasil jualan sudah menutupinya. Bagiku yang terpenting dari kegiatan ini adalah semuanya senang menjalaninya. Menambah keceriaan di wajah-wajah mereka. Sesekali pernah terlihat bingung sendiri karena ordernya tertukar-tukar sebelum dikirim hahaha. Yaah itu akan jadi cerita dan pengalaman tersendiri bagi kami. hehe…
Begitulah cerita hari ini, cerita tentang ramadan dan piket kerja. Setelah ini aku mungkin akan membuka dunia perkodean. Atau kalau tidak ya aku hanya akan browsing mencari sesuatu yang bisa dianu-anu..
Sekian dulu lur, jangan lupa minum cukup saat sahur~
Leave a Reply