Setelah sebulan lamanya menjalankan ibadah puasa, akhirnya kita berada pada hari kemenangan. Hari di mana kita terbiasa untuk saling mengunjungi dan saling bermaaf-maafkan. Tidak lupa tentunya kita saling mendoakan satu sama lainnya.
Saya memutuskan untuk meyakini idul fitri yang lebih awal, kita ngga perlu berdebat soal ini ya. Saya meyakini sebuah cara penentuan hari bukan soal memihak ormas. Saya tidak terlalu memikirkan dan tidak terlalu ingin terlibat soal perdebatan ini. Yang jelas setiap pilihan memiliki tuntunannya masing-masing. Tidak baik untuk saling memaksakan dan menyudutkan. Jalani saja sesuai pilihan.
Di hari yang fitri ini kami melaksanakan sholat idul fitri di lapangan terbuka, lapangan sepakbola. Seperti biasanya, selepas melaksanakan sholat kita akan mendengarkan khotbah. Disinilah letak hikmah dari arah kiblat di negeri kita ini, negeri yang unik ini.
Saat khotbah, saya yakin seluruh jemaah yang hadir di lapangan ini akan merasakan kehangatan matahari di punggung masing-masing. Selain mendengarkan khotbah, semua akan mendapatkan sinaran vitamin dari sang matahari pagi. Masya Allah ya.
Bayangkan jika kiblat kita mengarah ke sebaliknya, bisa jadi kita akan merasakan panas di wajah. Dan bahkan bukan tidak mungkin kita akan melihat sebagian jemaah menutup wajah mereka dengan sajadahnya masing-masing. Atau misal ke arah utara, bisa jadi bagian pipi sebelah yang panas. Pulang dari sholat, pipimu bisa jadi merah sebelah. hehe..
Kita sempat ngerasani soal ini ketika selepas pulang sholat. “Semua orang yang ikut sholat dapat vitamin ya” hehe..
Pada akhir paragraf yang tidak lain dan tidak bukan adalah intinya saya mengucapkan selamat hari raya idul fitri, mohon maaf atas segala salah yang saya perbuat, baik sengaja atau tidak sengaja. Semoga amal ibadah kita diterima, puasaku dan puasamu. Ammin…
Allaahu akbar Allaahu akbar Allaahu akbar, laa illaa haillallahuwaallaahuakbar Allaahu akbar walillaahil hamd…
Leave a Reply