Sebelum memulai perjalanan kali ini, mari kita berdoa menurut keyakinan dan kepercayaan masing-masing.
“Berdoa mulai!”
Kemudian hening sejenak, biasanya hanya terdengar suara sekitar. Hembusan angin, burung berkicau, gemericik air, suara hembusan nafasmu, suara detak jantungmu. ah ah….mulai berlebihan.
Terkadang saling menundukan kepala. Ada juga yang komat-kamit membaca mantra. Bahkan ada yang hanya diam dengan pandangan tanpa tanda tanya.
Iya, masing-masing dari kita punya cara bagaimana menyampaikan keinginan kepada sang pencipta. Tanpa mengada-ngada, tulus meminta, begitulah caranya.
Tidak lain hanyalah kebaikan yang diminta, untuk sendiri ataupun untuk bersama. Itulah kita, manusia.
Beberapa detik menit berlalu, yang punya suara mengakhiri keheningan.
“Berdoa selesai!”
Masing-masing seolah lepas dari kondisi mematung. Seperti kumpulan ikan di kolam yang dilempar makanan, tiba-tiba kemruyuk, semua mulai bersuara. Ada yang meregangkan anggota tubuhnya; membunyikan jemari atau menggelengkan leher. Namun, ada pula yang melempar pandangan ke sana kemari, hanya sekedar mencari balas pandangan mata.
Kamu bagaimana? masih mencuri pandang padanya ?
Sekalipun ritual ini sudah kerap terjadi dan sudah kerap diakhiri, ternyata sebenarnya berdoa tidak akan pernah selesai pada kondisi apapun.
Baik dalam hati, dalam hening, kita selalu bersuara.
Baik secara lirih atau tanpa suara, kita selalu berharap.
Baik saat sendiri ataupun saat bersama, selalu terbesit sebuah angan.
Iya, berdoa tidak akan pernah selesai.
Untukmu, untukku dan untuk kita yang selalu berharap baik-baik saja.
Selamat hari senin.
Also published on Medium.
Berdoa mulai selesai