Bersama karena sama

Akhir-akhir ini Jogja sedang dirundung gelombang pesepeda. Muncul banyak sekali pelaku sepeda dimana-mana. Semua kalangan beramai ramai beraktivitas sepeda. Bahkan rewang yang membantu saya di rumah saja sudah mulai ikut kegiatan ini.

Karena pesatnya pertumbuhan pesepeda hingga akhirnya menimbulkan banyak pemberitaan yang semakin gencar juga. Seperti biasa, sesuatu yang baru dan booming pasti akan menimbulkan sedikit polemik sebagai bumbu gayeng kalau ngobrol di cakruk atau mention”an di Twitter.

Menurut saya, fenomena ini muncul karena rasa yang sama. Disaat semua kegiatan olahraga banyak yang lockdown, banyak yang mulai bosan karena kurangnya aktivitas di luar rumah, maka membuat individu secara naluri akan mencari sesuatu yang baru.

Bersepeda adalah salah satu pilihan paling menarik. Selain menjadikan sebagai media refreshing, bersepeda memberikan bonus olahraga yang cukup baik, kenapa saya sebut baik? Karena olahraga ini minim benturan dan paling sering memompa jantung, sangat cocok untuk menjaga stamina.

Lalu mulai banyak komunitas pitpitan muncul, minimal di lingkungan terdekat. Seperti di kantor, yang tiba-tiba sedang trends bike to work atau seperti paguyuban pit tetangga kampung yang mben Sabtu Minggu gowes cari sarapan.

Terciptanya kumpulan atau bahasa keren-nya adalah komunitas berawal dari kegiatan yang sama, pemikiran sama yang intinya adalah rasa yang sama. Sepakat?

Tidak ada yang salah dengan itu, semua ada waktunya, dan salah satu cara menikmati hidup adalah melakukan yang kita suka. Betul?

Seperti yang pernah saya tulis bersepeda juga srawung, kegiatan ini bisa menambah kedekatan bagi siapapun itu. Yang dulunya jarang bersenda gurau, kini setelah melakukan kegiatan yang sama jadi asik punya bahasan yang sama.

Mungkin juga yang dulunya tidak akur jadi malah berbaikan dan dekat karena memiliki rasa yang sama. Asik kan? Kalau sudah begini, maka panjang umur kebaikan dan teruslah berkawan.

Setiap kita butuh kawan yang sama. Sama-sama menyenangi hal yang sama, yang sama-sama mengerti apa yang sedang dialami. Yang paham jika saling membutuhkan, saling mendorong, saling mendengar dan bercerita. Saling mendukung ataupun asik berbagi.

Lihat sekeliling, yang biasanya bersama adalah mereka yang merasa sama. Mereka yang satu pemikiran, satu cara pandang, kesenangan yang sama dan bahkan karena pernah mengalami hal yang sama. Minimal kita memiliki pasangan yang selalu bersama.

Pelihara-lah rasa bersama dengan lainnya (dia), Jangan sampai hilang pada akhirnya. Karena salah satu pengobat hati adalah bisa berbagi dengan orang yang satu frekuensi, berbagi dengan mereka yang memiliki rasa yang sama.

Selamat menikmati kumpulan sepedaan, teman-teman. Pesan saya; walaupun naik sepeda, kamu harus tetap berhenti jika lampu bangjo berwarna merah!

Sekian dan apakah masih sama?

0 Comments

·

Leave a Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *